Bekerja Tanpa Pamrih Namun Tetap Dalam Batasan

 

Bekerja Tanpa Pamrih

Hidup dan bekerja tanpa pamrih menurut saya merupakan life goal yang semestinya secara pribadi saya miliki dan mulai terapkan mulai dari sekarang. Seperti yang diceritakan oleh Bang Iyus dalam salah satu review film yang pernah di tulis dalam blognya. Pelajaran berharga yang saya dapat dalam review film Ananta yang diulas Bang Iyus adalah cinta tidak selamanya harus bersama dan memiliki. Dalem banget kan ya maknanya.

Sama juga dalam hidup ini, tidak semua hal sesuai dengan ekspektasi kita. Maunya sih kehidupan ini berjalan sesuai dengan yang kita inginkan tapi apa daya ada saja kerikil dalam hidup ini. 

Salah satunya dalam hal pekerjaan. Bekerja merupakan tuntutan hidup setiap individu yang sudah dewasa dan sudah tidak menjadi tanggungan orang tua lagi. 

Tujuan Bekerja Dalam Hidup

Menurut pendapat saya, tujuan individu bekerja antara lain : 

  • Mendapatkan uang atas jerih payah kerja mereka
  • Mengisi waktu luang (biasanya mungkin saja orang tersebut sudah memiliki passive income namun tetap bekerja hanya sekadar pengisi waktu luang walau mungkin jarang terjadi)
  • Mendapat pengakuan dari masyarakat sekitar bahwa seseorang itu bekerja. Ini pengalaman dari teman saya bahwa meskipun dia sudah memiliki usaha sendiri namun tetap bekerja ikut orang karena lingkungan tetangga yang kadang nyinyir, menganggap kerja itu adalah berangkat ke kantor. Padahal kan engga juga ya!
Nah, kali ini saya ingin membahas mengenai orang yang bekerja karena keharusan akan nafkah bulanan berupa uang. Banyak orang bekerja ikut orang di suatu perusahaan karena faktor uang, sayapun termasuk salah satunya. Dan tak sedikit individu yang sangat loyal kepada perusahaan tempat ia bekerja selama bertahun-tahun. Kalau menurut saya, orang seperti itu masuk kategori bekerja tanpa pamrih. Tentu saja dengan gaji bulanan yang ia terima lho ya.

Bagi seseorang yang terikat kontrak kerja dengan salah satu perusahaan tentu harus mengikuti aturan yang telah ditetapkan oleh perusahaan tersebut. Namun ada beberapa perusahaan yang menganut sistem perusahaan keluarga dimana mayoritas karyawan dari level atas sampai bawah lebih banyak dipegang oleh anggota keluarga.

Ada plus minus kita sebagai orang luar yang bekerja di perusahaan keluarga. Menurut pengalaman pribadi, kelebihan bekerja di perusahaan keluarga yaitu :
  • Sistem kerja yang fleksibel 
Biasanya kalau perusahaan keluarga, kita sebagai karyawan bisa izin tidak masuk mendadak ketika ada keperluan keluarga yang mendesak serta tidak ada sistem pemotongan gaji
  • Rasa kekeluargaan dan solidaritas yang tinggi.
Karena sistemnya kekeluargaan, biasanya juga pimpinan benar-benar memperlakukan karyawan yang bukan keluarga layaknya anggota keluarga sendiri apalagi yang sudah bertahun-tahun ikut dengannya. Sehingga jika karyawan membutuhkan bantuan dana seperti meminjam uang pun, prosedurnya tidak serumit dengan perusahaan yang memegang teguh SOP.

Yang namanya kelebihan pasti diiringi oleh kekurangan ya teman-teman. 

Jika kalian termasuk orang lama yang sudah bekerja belasan bahkan puluhan tahun namun kadang mendapat sedikit perlakuan tak adil utamanya jika bekerja dalam sistem perusahaan keluarga maka beberapa hal yang harus disikapi adalah :
  1. Bekerjalah sesuai kemampuanmu dan tidak perlu ngoyo
  2. Utarakanlah keberatanmu atas sesuatu hal jika ada kebijakan pimpinan yang kurang sreg di hatimu. Tentu kamu harus mengutarakan dengan sopan dan berdasarkan fakta juga data.
  3. Bekerja tanpa pamrih itu boleh-boleh saja dan berpahala namun ada kalanya kita harus menyuarakan pendapat apabila ada yang tidak beres di lingkungan kerja kita.
  4. Jika masalah dalam pekerjaan tidak ada solusinya maka jalan terakhir kalau memang kita tidak kuat dan ada tawaran lain maka resign adalah jalan terakhir. Namun jika belum ada tawaran maka saran saya pribadi bertahanlah dalam pekerjaan tersebut.
Akhir kata, dalam bekerja pasti banyak lika likunya maka tidak perlu kaget ketika menemukan banyak hal yang tidak sesuai dengan prinsip hidup kita. Berusahalah menyesuaikan diri tanpa menjadi terpengaruh. 

Blogger Surabaya
Blogger Surabaya Selamat datang di blog pribadi saya. Blog ini menerima kerjasama Content Placement. Jika ingin bekerjasama silahkan hubungi via email mariatanjung7@gmail.com

22 komentar untuk "Bekerja Tanpa Pamrih Namun Tetap Dalam Batasan "

  1. Speak up girl seperti itu ya jika ada sesuatu yang tidak menyenangkan di lingkungan kerja ada baiknya dibicarakan dua mata dengan pelaku yang membuat lingkungan tidak nyaman jika teman kerja nih nggak paham juga ada baiknya dibantu oleh orang ke-3 dan ke-4 khususnya atasan

    BalasHapus
  2. Bener banget nih, tapi kalau kata aku pribadi bekerja menjadi freelancer lebih menyenangkan ketimbang kerja kantoran walaupun mungkin saat ini pemasukannya masih bertahap untuk menuju nominal yang diinginkan.

    BalasHapus
  3. Intinya semua dilakukan menyesuaikan keadaan ya mbak, kapan hrs bersuara kapan tanpa pamrih ya

    BalasHapus
  4. Setuju, bekerjalah sesuai proporsional. Sesuai kemampuan dan jobdesk yang diberikan. Kerja keras perlu, tapi kerja cerdas lebih penting.

    BalasHapus
  5. Inii biasanya dibilang temen2 kantor kerja bhakti hahah. Kadang meski ngga sesuai job desk ya dikerjain aja. kalau tanpa pamrih bole lah kerja untuk organisasi atau lembaga amal, tapi balik lg yaahh niatnya gimana

    BalasHapus
  6. Eheheh, iya banget mbak, kadang ekspektasi tak selalu sesuai realita ya dalam hidup. Terutama masalah pekerjaan ini di dalamnya. Karena aku ngerasain banget betapa perjuangannya untuk akhirnya bisa mendapatkan penghasilan sendiri. Setuju juga kalau lebih enak bekerja sesuai kemampuan dan jangan ngoyo. Cuma nih, masih peer buat aku, kalau ngerasa ada yang gak sesuai ya diutarakan, aku kadang masih ragu untuk masalah yang satu ini sampai kadang jadi dongkol sendiri *eh malah curhat di sini. Maaf hehe

    BalasHapus
  7. Related ya yang pernah kerja kantoran, udah maksimal banget, eh dipuji aja enggak. Bukannya haus pujian, tapi kan apresiasi itu perlu. Berat sih mbak kerja tanpa pamrih, apalagi di zaman serba hukum rimba kayak gini

    BalasHapus
  8. sepertinya related untuk zaman milenial sekarang mb, apalagi eranya sudah berubah yg ada bukanya kerja keras seperti dulu tapi kerja cepat dan cerdas. Bolehlah sesekali kerja keras, tapi harus mengerti batasan kemampuan diri.

    Kalo soal tanpa pamrih, mungkin kembali ke diri masing-masing kali ya, it`s my opinion :)

    BalasHapus
  9. Semua ada masanya kok mbak Maria duluu pake banget zaman saya baru lulus kuliah rasanya kerja dengan orang berangkat pagi pulang malem itu sesuatu yang keren dan harus. Tapi seiring bertambah usia saya lebih ingin menikmati sisa usia dengan mengerjakan pekerjaan yang bisa saya atur sendiri tanpa bergantung pada orang lain.. hehehe.. yang penting ada pendapatan itu sudah lebih dari cukup. Termasuk ngeblog ini hihi

    BalasHapus
  10. saya pernah bantuin teman yang baru punya komunitas. tanpa dibayar dan saya ikhlas. tapi di saat saya enggak aktif lagi karena ada beberapa hal, salah satunya ya saya mau cari kerjaan yang dibayar sih. terus keluar dari grup. eh dikira imposter dan saya di block di semua sosmed. padahal saya bantu dia tanpa dibayar tulus loh, wkwk. tapi gpp sih jadikan pelajaran hehe.

    BalasHapus
  11. Duh jadi malu dan makasih banget sudah diingatkan sista, diusahakan untuk tidak bekerja dengan ngoyo lagi hihi...memang kita harus ukur kemampuan kita

    BalasHapus
  12. Kerja tanpa pamrih atau loyalitas terhadap pekerjaan tempat bekerja itu penting apalagi tujuannya untuk memajukan perusahaan tempat bekerja dengan mendapatkan gaji tentunya.

    Tapi meski begitu kita juga garus liat kondisi dan situasi jika kita seorang perempuan, seperti adikku dulu bekerja disuatu perusahaan A. Ia memang tergolong pekerja yang loyalitas terhadap pekerjaannya, tapi malah dimanfaatin gitu.
    Padahal ditempat ia bekerja juga ada staff yang lain,tapi adikku yang disuruh lembur sedangkan staff yang lain nggak cuma karena keluarga atasan.

    BalasHapus
  13. Ehh itu tujuan bekerja seperti rekan kantorku nih, cuma isi waktu luang, ehh gak deng cuma buat anaknya kalau isi pekerjaan bapaknya gak bingung gitu hahaha. Tapi memang bekerja tanpa pamrih perlu ada batasan kak, sekarang aku mulai batasi diri walaupun aku tau. Karena yang dapat nilai baik bukan aku tapi atasanku heheh. Apalagi sekarang wow manajemen baru, peraturan baru. Bekerja sewajarnya aja lah gak usah ngoyo.

    BalasHapus
  14. Ehh itu tujuan bekerja seperti rekan kantorku nih, cuma isi waktu luang, ehh gak deng cuma buat anaknya kalau isi pekerjaan bapaknya gak bingung gitu hahaha. Tapi memang bekerja tanpa pamrih perlu ada batasan kak, sekarang aku mulai batasi diri walaupun aku tau. Karena yang dapat nilai baik bukan aku tapi atasanku heheh. Apalagi sekarang wow manajemen baru, peraturan baru. Bekerja sewajarnya aja lah gak usah ngoyo.

    BalasHapus
  15. seiring usia yang makin bertambah saya juga males bekerja yang ngoyo lagi, sesuai kemampuan saja. apalagi pas buka toko sendiri gini waktunya libur ya libur. masa bodoh orang pada sok bilangin gimana-gimana hidup hidup sendiri ini, kalau terlalu lelah nanti kalau sakit juga kita yang nangung derita sendiri

    BalasHapus
  16. Kembali diingatkan agar bekerja sesuai kemampuan ga perlu ngoyo.. dan bekerja tanpa pamrih boleh2 aja..tapi tetap utarakan pendapat bila ada yg tidak beres... TFS kak... biasanya.yg bekerja tanpa pamrih ini sering disalahgunakan dan dimanfaatkan sama orang2 sekitar..

    BalasHapus
  17. Aku itu termasuk workaholic kak. Dulu banyak temen yang bilang aku cinta banget sama kantor. Padahal sebenarnya aku lagi menggeluti hobi sih. dan disaat itu karena belum menikah jadi lebih baik aku sering di ruang kantor dibanding hangout gak jelas.

    BalasHapus
  18. Setuju. Bekerja tanpa pamrih dan sepenuh hati, kalau udah dilakukan pasti bakal ada berkah yang turun dari langit. Mantep kak Maria

    BalasHapus
  19. Kalau kerja kantor biasa itu, lembur ampek jam 7 malem tapi gak diitung lembur, yah seikhlas kita aja. Apalagi klao buat lembaga kemanusiaan.

    BalasHapus
  20. Kalo beban kerja terlalu berat atau kika ada job desk yg bukan punya kita tapi dilimpahkan ke kita, harus berani nolak, jangan iya-iya aja. Kayak gini bisa bikin iklim gk sehat di tempat kerja kalo suka pelimpahan kerjaan karena yg punya job desk malas

    BalasHapus
  21. Pernah mengalami juga nih, kak. Dulu, aku dan teman teman bilangnya kerja rodi. Tanpa pamrih sih, tapi lama-lama capek juga. Capek hati dan jiwa hehe

    BalasHapus
  22. setelah menjadi ibu dari dua anak saya memutuskan ikut suami jadi pengusaha dan freelancer. artinya bisa megatur pekerjaan mana yang bisa dan mampu diikuti..apapun itu yang pneitng kita enjoy ya mbak maria, terlebih lagi earn hehe

    BalasHapus