Jika Tak Ingin Marah, Maka Menulislah

Menjadi Orang Tak Pemarah

 

Saya termasuk individu yang jika tidak suka dengan sesuatu akan cenderung marah atau mengungkapkan rasa tidak suka. Karena usia yang beranjak semakin menua, jika tak ingin marah maka saya berusaha mengalihkan perhatian ke kegiatan lain salah satunya menulis. Sehingga tidak fokus pada sesuatu hal yang menjengkelkan hati saya. Seperti yang ditulis oleh Blogger Perempuan yang suka banget membaca sekaligus mengulas buku yang beliau baca, salah satunya dalam ulasan Terapi Menulis dimana seseorang yang memiliki gangguan kesehatan disarankan untuk menulis. 

Jika Tak Ingin Marah, Apa Yang Harus Kita Lakukan ?

Siapa sih manusia yang tidak ingin memiliki hati yang lembut dan mudah memaafkan. Bahkan jika bisa tiap individu ingin membuang jauh-jauh amarah yang kadang muncul dalam hatinya.

Marah merupakan suatu bentuk tindakan yang menyertakan emosi dalam diri seseorang yang diakibatkan karena rasa tidak suka akan suatu hal, kecewa maupun kondisi lainnya.

Menurut Dolf Zillman seorang ahli Psikogi dari Universitas Alamaba seperti yang dikutip dalam https://www.kompasiana.com/muhammad_ichsan/54f388de7455137d2b6c79a8/apa-itu-marah :

"Pemicu amarah yang universal adalah perasaan terancam bahaya. Ancaman tersebut dapat dipicu bukan saja oleh ancaman fisik langsung melainkan juga oleh ancaman simbolik terhadap harga diri atau martabat seperti diperlakukan tidak adil atau dikasari, dicaci maki atau diremehkan, frustrasi sewaktu mengejar sasaran penting"


Beberapa sikap seseorang ketika marah berdasarkan pengalaman pribadi dan melihat orang lain, antara lain :
  • Mengeluarkan suara keras seperti berteriak, mengumpat dan mengancam orang yang menjadi sasaran amarahnya
  • Melampiaskan kepada benda-benda di sekitarnya seperti menggebrak meja, melempar atau memecahkan pecah belah
  • Diam merupakan sikap seseorang ketika marah dan ini biasanya dilakukan oleh segelintir orang. 
Jika merujuk pada agama khususnya agama Islam yang saya anut maka dianjurkan ketika marah segera mengambil air wudhu untuk menenangkan hati. Saya yakin agama apapun tidak memperbolehkan kita sebagai umat manusia untuk melepaskan amarah ketika tidak suka akan sesuatu hal.

Kali ini saya ingin kembali membahas mengenai kegiatan menulis sebagai sarana mengalihkan kemarahan kita sebagai manusia normal. Ya kali kalau ga pernah marah namanya malaikat, hehehe. 

Jalan terbaik ketika marah adalah diam mungkin bagi sebagian orang adalah langkah terbaik. Namun sudah beberapa minggu ini jika ada ganjalan di hati dan cenderung ingin marah, maka saya menuliskannya di notepad yang ada pada smartphone. Caranya sederhana saja sih sebenarnya yaitu tuliskan apa yang membuatmu marah dan kenapa ingin marah atas ketidaknyamanan tersebut.

Pada saat saya menulis beberapa penyebab ingin marah, biasanya saya rinci lagi adakah solusi agar kejadian tersebut tak terulang lagi atau kemarahan yang saya pendam tidak sampai berlarut-larut. Bisa jadi saya justru tertawa sendiri ketika membaca tulisan tersebut karena menyadari bahwa apa yang membuat diri ini marah justru hal-hal sepele.

Akhir kata, setiap orang berbeda-beda dalam menyikapi rasa marahnya. Kadang kala marah juga perlu untuk mengungkapkan rasa tidak suka kita akan suatu hal, namun jangan sampai kelewat batas. Diam merupakan solusi terbaik namun jika diungkapkan lewat tulisan maka tentu akan menghasilkan hal yang produktif.

Kalau kalian bagaimana mengatasi rasa marah yang sudah tak tertahankan ? Yuk sharing di kolom komentar.


Blogger Surabaya
Blogger Surabaya Selamat datang di blog pribadi saya. Blog ini menerima kerjasama Content Placement. Jika ingin bekerjasama silahkan hubungi via email mariatanjung7@gmail.com

21 komentar untuk "Jika Tak Ingin Marah, Maka Menulislah"

  1. Kalau saya seringnya marah ini diungkapkan dengan diam deh kayaknya mbak, walaupun nggak menutup kemungkinan juga pada beberapa situasi bisa benar-benar dikeluarkan dengan ucapan. Sejauh ini menulis memang cara paling jitu buat meredakan emosi saya. Sebagai tambahan, mungkin cari tontonan yg menghibur bisa dipake juga buat mengalihkan emosi negatif dari diri kita😁.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyes bener mbak. Kalau saya lagi males nulis ya biasanya tidur aja deh besoknya paling udah lega.

      Hapus
  2. Sama banget, kak. Daku pun kalo marah, sedih, galau, kecewa seringnya aku tulis di kertas. Kadang bisa sambil nangis karena saking kesalnya. Tapi, memang setelahnya jadi membaik. Alhamdulillah. Sekalian belajar enggak menumpahkan emosi di kanal sosial

    BalasHapus
  3. aku pun mbak sekarang mencari cara reaksi emosi marah biar ga marah-marah. karena memang kita harus cari alternatif reaksi marah, setiap org pasti berbeda salah satunya bisa dengan menulis.

    BalasHapus
  4. Susah memang menahan untuk tidak marah. Saya sering kali menyesal setelah marah2. Apalagi marah yg tak terkendali. Makasih sharenya

    BalasHapus
  5. Biasanya untuk cepat ga marah aku diem aja lalu aku olahraga datangin gym, lakukan aerobik high impact, maauk sauna ,terus mandi dan tidur cukuo bisa menahan marahku

    BalasHapus
  6. Saya kalo marah maunya minum soklat panas terus bobok cantik..abis itu bangun2 seger deh .. lupa kalo pernah marah hehehe..emang therapy marah setiap orang beda2 ya

    BalasHapus
  7. Mbak aku kalau nulis ide buntu malah bawaannya pengen marah. Hahhaa. Gimana solusinya dong. Tapi kalau nulisnya mengalir dan langsung done terbit. Bawaanya bahagia terus.

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalo saya pas lagi buntu, malah ide itu yang saya jadikan tulisan. misal lagi bingung mau nulis apa, yaudah jadi deh satu tulisan "Cara Mudah Menghilangkan Writer Block" terus tips2nya dari pengalaman sendiri. jadinya gak buntu lagi deh haha.

      Hapus
  8. memang kita harus punya cara yaa dalam meredakan marah, kalau saya sendiri sih lebih banyak di pendam kadang tuh. padahal enggak baik. tapi sekarang mulai meluapkannya sedikit-sedikit haha, biar gak meledak.

    BalasHapus
  9. Setiap orang memiliki emosi, emosi jiwa itu wajar, tetapi paling penting bagaimana menyikapi rasa emosi biar gak terlalu lelah ketika marah

    BalasHapus
  10. Ketika lagi kesal kadang saya suka menulis status kak. Tapiiiii setelah ditulis gak dipost. Seringnya dihapus kembali.. hihihi beneran kak.. menulis begitu saja sudah release marah saya. Udah hilang kesalnya

    BalasHapus
  11. Wah tipsnya bisa digunakan nih Kak, ternyata menulis itu bisa menjadi terapi ketika kita sedang marah ya. Asal tulisannya nggak di publish aja aman kali ya. Soalnya sekali tulisan yang sedang ada emosinya terpublish keluar, maka rekam jejaknya akan susah untuk kita hapus.

    BalasHapus
  12. Cara ini bisa jadi pilihan alternatif buat adik perempuanku kalau sedang marah. Dibanding marah marah justru anak jadi lampiasan mending di alihkan ke tulisan aja ya.

    Karena dengan begitu sebagai orang tua bisa lebih produktif dan berfikir positif dari pada marah melulu ya kan.

    BalasHapus
  13. Wah malah jadi produktif ya kak. tulisan amarahnya juga bisa beragam bentuknya. Setuju sih. Tapi sayangnya saya bukan tipe yang bisa ekspresif gitu, jadi pas lagi marah atau kecewa saya malah pasang aplikasi karoke :D

    BalasHapus
  14. Salah satu alternatif untuk lebih produktif menumpahkan amarah kedalam bentuk tulisan

    BalasHapus
  15. Saya milih tidur kalau udah marah tak tertahankan, karena di dada rasanya capek.

    BalasHapus
  16. Ini setuju deh. Beberapa waktu lalu aku kan juga selalunya merasa marah terua sama kakak. Pas aku tulis kemarahanku, eh malah keinget kebaikan kebaikannya jadi luluh ati

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jadi, menulis memang bisa menjadi solusi kemarahan, hati lebih adem setelahnya karena telah dituangkan.

      Hapus
  17. Tapi dulu saya dipesankan oleh blogger senior om jay namanya.. kalau marah... jangan langsung menulis..tapi diamkan dulu, biarkan mereda lalu tuliskan sembari introspeksi diri..jangan2 memang kita sebenarnya yang salah...

    BalasHapus
  18. Bener Kak kalau nggak ingin marah ya nulis.bagi saya menulis memang menjadi stress release. Biasanya langsung ampuh.

    BalasHapus