Aku Yang Tak Punya Kampung Halaman


Mudik Bukan Kewajiban


Tak punya kampung halaman bukan berarti akhir dari dunia karena engga bisa merayakan hari Lebaran. Buktinya aku dan keluargaku yang tak punya kampung halaman ini bisa kok bersuka cita di daerah lain yang kini menjadi tempat domisili kami.

Pada sebagian orang, mudik dijadikan sebagai suatu kegiatan atau lebih tepatnya tradisi selama bertahun-tahun. Belum afdhol rasanya kalau seseorang yang tinggal di ibukota begitu lebaran tidak mudik.

Bisa jadi ada rasa kangen akan kampung halaman dan setelah mudik maka rasa rindunya akan terobati. Mudik sendiri menurut Wikipedia memiliki arti kegiatan perantau untuk pulang ke kampung halamannya.

Mudik tidak melulu identik dengan desa terpencil. Kota besar seperti Jakarta atau Surabaya pun bisa dijadikan tempat mudik jika orang tersebut memang terlahir di Ibukota.

Tapi apalah dayaku yang tidak punya kampung halaman. Aku tuh lahir di kota kecil di Kalimantan Selatan. Usia 3 tahun pindah ke Kalimantan Timur sampai lulus SMA. Selepas SMA aku melanjutkan kuliah di kota Pahlawan sampai sekarang di usia mendekati empat puluh tahun. Almarhum Bapak memang berencana pensiun di kota Pahlawan dan niat tersebut terlaksana.

Tiga tahun di Kalimantan Selatan tidak dapat aku rasakan kenangannya karena masih terlalu kecil untuk mengingat hal tersebut. Mungkin yang paling berkesan adalah kenangan di kota Balikpapan, Kalimantan Timur karena di sana masa remaja aku habiskan. 

Jika mengingat kota Balikpapan ingin rasanya aku kembali kesana dan menetap namun karena sudah tidak ada saudara lagi sepertinya segan juga. Walaupun sebenarnya tidak apa-apa juga ya tinggal di suatu daerah yang tidak ada saudara sama sekali. Tetangga pun jika kita baik pada mereka akan terasa seperti saudara.

Kembali lagi dengan pembahasan aku yang tak punya kampung halaman dikarenakan almarhum Bapak yang semasa mudanya bekerja di Kalimantan sedangkan beliau tidak menginjakkan kampung halamannya sudah lama sekali.

Bapak yang memiliki darah Jawa Timur tentu ingin menghabiskan sisa hidupnya di kampung halaman. Qadarullah, Bapak dimakamkan di kota Pahlawan juga. Sedangkan Ibu terlahir di sebuah kota kecil di Jawa Tengah dan semenjak kedua orang tua Ibu berpulang ke Rahmatullah, ibu sudah jarang mudik ke kampung halamannya.

Sebenarnya mudik sendiri bagiku memiliki beberapa tujuan:
  • Ingin mengunjungi orang tua yang tidak tinggal satu kota dengan kita
Hal ini biasanya dilakukan oleh mereka yang merantau ke luar kota, pulau bahkan ke luar negeri dan terpisah dengan orang tua sementara orang tua masih hidup. Biasanya orang-orang yang merantau ini menjadikan moment hari Raya untuk mudik dengan tujuan bertemu orang tua dan tentunya saling bermaaf-maafan.
  • Kangen pada kampung halaman
Bisa jadi mudik karena rindu pada kampung halaman. Tidak salah juga sih, karena aku juga sering kangen dengan kota Balikpapan walau mungkin bisa dikatakan bukan kampung halaman.

Bagaimana rasanya ketika Anda dari lahir sudah tinggal di kota tersebut dan untuk waktu yang tak bisa dipastikan harus meninggalkan kota kelahiran. Pasti akan banyak kenangan membekas donk di hati kalian. Itulah mengapa mudik bisa dijadikan moment spesial untuk dilakukan bagi sebagian orang.
  • Hanya ingin sekadar berlibur
Kalau ini rasanya sah-sah saja manakala setelah hampir setahun penat dengan pekerjaan maka mudik dijadikan salah satu tujuan untuk berlibur bersama keluarga. Namun mudik karena ingin liburan biasanya menimbulkan kemacetan di beberapa tempat sehingga pada sebagian orang akan merasa kesulitan dalam mencapai lokasi tujuan liburan.

Gimana Rasanya Tak Punya Kampung Halaman


Sampai saat ini aku kadang bingung jika ditanya, "mudik kemana?" Karena aku sendiri tidak punya kampung halaman. Setelah sholat Ied, kami biasanya pergi ke makam Bapak dan setelah itu akan berkunjung ke rumah paklik Bapak yang tinggalnya satu kota dengan kami. Setelah itu ya kami hanya duduk-duduk di rumah sambil menunggu jika ada tamu atau justru kami yang pergi mengunjungi kerabat.

Aku sendiri sebenarnya senang menonton televisi yang memberitakan mengenai arus mudik di Indonesia. Rasanya ikut merasakan kebahagiaan orang-orang yang pulang kampung menemui keluarga mereka setelah berbulan-bulan merantau ke pulau seberang untuk mencari nafkah. 

Aku sendiri pernah delapan bulan berada di kota orang dan begitu aku berkesempatan mudik ke kota Pahlawan, hati ini rasanya sueeneeng poll. Lebay kali ya tapi mungkin ini yang dirasakan perantau-perantau lainnya jika berada di kota yang bukan domisilinya.

Jadi walau aku tidak ikut tradisi mudik seperti halnya orang kebanyakan namun aku senang melihat mudiknya para perantau. Ohya, aku juga memiliki kedua kakak yang beberapa tahun sekali mudik lho. Dan mereka pasti mudiknya ke rumah kami donk ya. Hehehe.

Tahun ini kedua kakakku pastinya tidak akan bisa mudik karena pandemi covid-19 dan akupun maklum akan hal tersebut. Aku sih berharap saudara-saudara setanah air bisa sejenak menahan keinginan untuk mudik mereka demi terhindarnya dari infeksi virus covid-19 yang menghantui kita semua. 

Aku yakin Allah pasti punya rencana indah dibalik ini semua. Janganlah karena rasa rindu yang amat sangat dengan sanak saudara membuat keselamatan dan kesehatan kita terancam.
Blogger Surabaya
Blogger Surabaya Selamat datang di blog pribadi saya. Blog ini menerima kerjasama Content Placement. Jika ingin bekerjasama silahkan hubungi via email mariatanjung7@gmail.com

Posting Komentar untuk "Aku Yang Tak Punya Kampung Halaman"