Ceritaku Tentang Pembelajaran Daring

Pembelajaran Daring

 

Pembelajaran daring merupakan kondisi saat ini yang sedang dialami bangsa Indonesia. Tentu tak dipungkiri pembelajaran daring ada karena situasi pandemi yang belum berakhir dan entah kapan berakhir. 

Namun walaupun pandemi sedang berlangsung, pendidikan harus tetap berjalan untuk mengubah takdir anak manusia agar kelak mereka bisa menjadi manusia yang memiliki kecerdasan dan juga budi pekerti yang luhur.

Ceritaku kali ini terinspirasi oleh kedatangan kakak laki-laki beserta istri dan kedua anaknya. Nah, anak sulungnya sedang duduk di bangku kelas dua Sekolah Dasar. Tentu saja November kemarin belum waktunya libur sekolah donk ya sehingga mama dari keponakanku harus membawa seragam, buku pelajaran beserta alat tulis penunjang kegiatan belajar daring si sulung.

Ohya sebenarnya asyik juga lho belajar daring ini. Nah lo, asyiknya dimana coba wkwkwk. Menurutku pembelajaran daring bisa dilakukan dimana saja. Contohnya keponakanku bisa  ke luar kota ikut kedua orang tuanya namun tetap bisa sambil sekolah.

Pembelajaran Daring Pada Anak Sekolah Dasar


Aku yang belum pernah sama sekali menyaksikan pembelajaran daring kali ini diberi kesempatan untuk menyaksikan sendiri. Seru juga sih. Karena ternyata pembelajaran daring menuntut kesabaran orang tua yah.

Beberapa kelebihan dari pembelajaran daring menurutku pribadi antara lain : 
  • Bisa dilakukan secara mobile tidak terikat di lokasi tempat kita terdaftar di suatu sekolah. Walau tetap jika penerimaan raport siswa dan orang tua harus hadir di sekolah terdaftar.
  • Waktu belajar yang lebih fleksibel dalam arti anak tidak perlu 8 jam berada di sekolah. 

Namun di samping kelebihan pasti ada kelemahan selama pembelajaran daring antara lain :
  • Anak menjadi bosan selama pembelajaran daring dikarenakan harus menatap layar komputer untuk beberapa waktu lamanya
  • Selama pandemi berlangsung kegiatan SFH (School From Home) menyebabkan anak sebagai murid sekolah tidak bisa bersosialisasi dengan teman-temannya.
  • Terkadang waktu pemberian tugas yang mepet menyebabkan beberapa murid tidak siap untuk mengerjakan. 
Point ketiga kelemahan pembelajaran daring kebetulan aku saksikan ketika keponakan belajar agama Islam. Jadi ceritanya keponakanku disuruh menghafal sifat-sifat Allah SWT. Karena waktu yang terbilang mepet akhirnya keponakan tidak siap menghafal dan tentu saja terbata-bata donk ya menyebut sifa-sifat Allah SWT. Tahu sendiri anak kecil kalau udah mentok belajarnya pasti ujung-ujungnya menangis kan ya (soalnya aku dulu begitu, wkwkwk)

Ohya, kalau keponakan yang dimana saat ini duduk di kelas 2 Sekolah Dasar tidak sekolah melalui Zoom Meeting ya. Melainkan melalui whatsapp group para orang tua dan tentu saja guru dari beberapa pelajaran anak-anak mereka.

Jadi setiap hari kakak iparku bercerita bahwa dia disuruh mengumpulkan foto anaknya dalam kostum yang berbeda. Misal hari Senin, mengumpulkan foto memakai seragam sekolah sambil dalam posisi hormat. Kenapa hormat ? Karena Senin biasanya dilaksanakan kegiatan upacara bendera.

Di hari Jumat misalnya harus menyetor foto anak sambil memakai pakaian olahraga. Begitu seterusnya setiap hari. Kakak ipar yang tidak kekurangan akal, segera menyetok foto anaknya dalam background yang berbeda-beda, wkwkwk. Emak-emak kalau soal ide ga akan ada habisnya yaaa....

Untuk masalah tugas nih, biasanya sang guru akan memberikan tugas yang harus dikerjakan satu hari sebelumnya. Biasanya nih kalau kata kakak ipar pukul 17.00 WIB guru sudah memberi list tugas yang harus dikerjakan murid.

Ada suatu waktu dimana kakak ipar baru membuka pesan whatsapp malam sekitar pukul 20.00 dan kaget donk ya begitu tahu tugas untuk anaknya untuk besok adalah membuat kerajinan dari lilin/malam. Akhirnya kakakku dan istrinya bergegas pergi mencari toko alat tulis yang menjual lilin kerajinan itu. Gak lupa mereka mengajak aku donk ya yang tahu dimana ada toko tersebut. Eh tapi aku juga yang pengen ikut sih, hihihi.

Untungnya barang yang dicari ada di salah satu toko alat tulis tak jauh dari rumah. Sehingga si ibu pun tenang mempersiapkan anak belajar keesokan harinya. 

Demikian cerita singkatku ketika kedatangan keponakan yang sekolah di saat pandemi. Aku akui memang sekolah daring membutuhkan kesabaran orang tua terutama para ibu ya. Salut untuk ibu-ibu di luar sana yang masih semangat dan sabar dalam mendampingi buah hati.

Kesimpulan

Akhir kata saya tidak bisa berkata apapun mengenai pembelajaran daring ini dikarenakan saya belum memiliki anak yang butuh pendampingan saya untuk belajar. Namun saya ingin menguatkan bagi kalian para orang tua di luar sana agar tetap semangat dan berpikiran positif ketika menemani anak belajar daring. Semua pasti ada hikmah di balik semua ini.


Blogger Surabaya
Blogger Surabaya Selamat datang di blog pribadi saya. Blog ini menerima kerjasama Content Placement. Jika ingin bekerjasama silahkan hubungi via email mariatanjung7@gmail.com

Posting Komentar untuk "Ceritaku Tentang Pembelajaran Daring"